Pages

Wednesday, September 06, 2006

Sinetron Bajakan

Gak berapa malem yang lalu gw nonton sebuah sinetron yang ditayangkan di salah satu tv swasta terkenal di Indonesia. Baru kali itu gw nonton, pada dasarnya sih gw paling males nonton sinetron Indonesia. Alasan utamanya adalah banyak nilai-nilai yang gak penting bahkan cenderung buruk buat ditonton.

Balik lagi ke cerita...dari Ibu kosan gw dapet gambaran awal ceritanya (berhubung gak ngikutin). And guess what??!!! Ternyata ceritanya sama banget ama salah satu serial mandarin yang kebetulan juga lagi tayang di stasiun tv lainnya. Bukan hanya alur cerita, latar belakang, tokoh, bahkan sampai ekspresi dan juga dialognya gak beda jauh (klo gak mau dibilang sama persis) ama serial aslinya. Yang parahnya lagi sinetron macam ini gak cuma satu dua jumlahnya, banyak and menguasai lebih dari separo tayangan sinetron prime time. Dengan cuma modal skenario bajakan dan didukung artis tenar sudah cukup buat stasiun tivi nayangin.

Gw gak seratus persen nyalahin penonton yang mau nonton. Mungkin karena ide cerita yang lumayan luas dan kreatif (bila dibandingkan sinetron Indonesia pasca bajakan) menjadikan penonton suka dengan tayangan ini. Tapi yang namanya membajak tetap MEMBAJAK!! Gak akan ada untung jangka panjang buat hal-hal kayak gini. Insan per-sinetronan apakah akan terus mengandalkan ide bajakan untuk meramaikan layar televisi Indonesia?

Ramainya rumah produksi untuk membajak cerita dari serial asing untuk kemudian 'diterjemahkan' ke sinetron Indonesia, benar-benar membuat miris. Apakah sudah tidak ada lagi kreativitas (yang mana untuk itu mereka dibayar), tidak ada lagi rasa malu, tidak ada rasa penghargaan bagi karya orang lain. Hal ini sepertinya makin men-sah-kan penjiplakan/pembajakan karya orang lain hanya demi tingginya rating. Sedih rasanya mengingat klo ternyata kampanye STOP PIRACY!! yang digaungkan selama ini ternyata gak berlaku juga buat sinetron 'bajakan'. Bagaimana mau maju? dihargai? berkembang? klo otak kita masih dijejali dengan pemahaman klo ternyata 'membajak' itu boleh-boleh aja asal menguntungkan!

Coba kita tengok negara-negara Asia produsen film-film serial maupun lepas seperti Taiwan, Jepang, Korea juga Thailand. Di negara itu, industri hiburan (dalam hal ini film dan juga serial) cukup memberikan kontribusi bagi pendapatan negara. Bahkan di Korea Selatan industri perfilman merupakan penyumbang devisa kedua terbesar, terutama dari hasil impor. Istilah Korean waves bukan main-main, 'gelombang' ini telah menyapu sebagian besar wilayah Asia dan mulai melanda Amerika Selatan.

Kapan insan kreatif Indonesia bisa bener-bener kreatif? Kapan viewers bisa punya pandangan yang objektif tentang tontonan yang bermutu? Kapan eksekutif dibalik layar punya kesadaran untuk memberi masukan yang bermutu dan meningkatkan kualitas bangsa dan bukan sebaliknya? We'll see!!

300806
Regards,
Eny W.A.

0 comments: