Pages

Friday, February 22, 2008

Pentingnya Pendidikan

"...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS 58:11)

Ayat diatas hanya sebagian dari firman Allah tentang kedudukan ilmu dan perlunya menuntut ilmu. Pendidikan yang kita terima menentukan derajat kita di dunia dan di akhirat nanti. Pendidikan akan membantu manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia.

Salah satu acara favorit gw adalah The Oprah Winfrey Show yang tayang di MetroTV hari Kamis-Minggu jam10 pagi. Every single show means a lot to me, tapi tema yang paling berkesan adalah tentang pendidikan dan orang-orang yang care ttg pendidikan. Ada banyak hal yang membuat gw tersentak dan berpikir kembali tentang diri gw sendiri dan lingkungan sekitar.

Selain menuntut ilmu, selama menjadi mahasiswa gw juga aktif di organisasi. Banyak hal yang gw pelajari mulai dari manajemen organisasi, fund raising, pengabdian sampai politik. Dari semua hal itu gw dapat pengalaman, pelajaran dan kepuasan pribadi. Tetapi yang paling berkesan dan menurut gw memperkaya batin adalah pengabdian ke masyarakat. Sehubungan dengan status gw yang masih mahasiswa dan punya sumber daya yang terbatas, yang bisa gw bagi adalah pengetahuan.

Salah satu program kerja di HMI adalah TPA Insan Cita. Disini gw ama beberapa temen" KOHATI ngajar ngaji tiap hari minggu pagi di GSMI. Muridnya adalah anak-anak penduduk sekitar sekretariat HMI. Anak yang belajar disini masing-masing punya background keluarga yang beda. Ngajar mereka gampang-gampang susah, kadang menyenangkan tapi tidak berarti gak bikin rambut ubanan karena nakalnya. Tapi dari pengalaman ini, kita sama-sama belajar. Mereka belajar dari kita dan kita belajar dari mereka, secara langsung maupun tidak langsung.

Tiap waktu yang gw lewatkan dengan anak-anak TPA Insan Cita tidak ada yang tidak bermanfaat buat gw pribadi. Gw banyak belajar dari mereka, belajar sabar, belajar menyampaikan ilmu, belajar berempati, dan belajar mensyukuri tiap anugerah yang Allah kasih ke gw. Dengan memberi kita belajar untuk tidak egois dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal-hal tersebut akan memperkaya batin kita sebagai manusia dan sebagai hamba Allah.

Pendidikan adalah salah satu solusi untuk mengurangi masalah-masalah yang banyak menimpa kita saat ini. Tingkat kriminalitas, kemiskinan, pengangguran dsb mungkin dapat dikurangi dengan pendidikan dan keterampilan. Sebagai mahasiswa dan juga manusia, kita dapat berbuat sesuatu dilingkungan sekitar kita. Berbagi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dengan orang lain tidak akan memberikan kerugian pada kita, bahkan sebaliknya manfaat jangka pendek dan jangka panjang pasti akan datang dengan sendirinya. So...start to think about others beside yourself.

Regards,
Eny Widiya

Pasar Tradisional vs Hypermarket

Hampir enam tahun menghuni Bogor tercinta sebagai mahasiswa rantau dari daerah telah memberi banyak pengalaman dan pelajaran. Selain itu, gw juga merasakan perubahan dan perkembangan yang terjadi di sekitar gw tepatnya di wilayah Bogor. Yang paling menonjol dan menarik perhatian gw adalah betapa pesatnya pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan, terutama yang skala besar seperti hypermarket.

Beberapa tahun lalu supermarket menjadi semacam 'idola' masyarakat dalam berbelanja. Tetapi beberapa tahun ini mulai digeser pamornya oleh yang namanya hypermarket. Namanya juga hyper, tentunya lebih luas-lebih lengkap-lebih besar-dll dibandingkan dengan supermarket. Keberadaannya pun semakin menjamur dimana-mana. Di wilayah Bogor aja sudah ada 4 hypermarket yang sudah berdiri dan satu lagi dalam proses pembangunan.

Fenomena ramainya hypermarket ini tentu aja berdampak besar bagi iklim usaha disekitarnya. Aroma persaingan pun gak bisa dipungkiri makin tajam. Yang paling gampang kena imbas adalah pedagang-pedagang kecil dan menengah yang kurang (bukan tidak bisa) bersaing dengan pemilik modal besar. Bayangkan saja, sebagian besar hypermarket di Bogor jaraknya tidak sampai 1 km dengan pasar tradisional. Gaya hidup masyarakat kini mulai berubah, yang tadinya berbelanja di warung dekat rumah kini tidak lagi, yang tadinya membeli bahan makanan di pasar beralih ke hypermarket.

Pertumbuhan minimarket, supermarket bahkan hypermarket yang notabene bermodal amat besar semakin lama kian mengancam kehidupan pedagang kecil dan menengah. Dengan modal yang besar, para pengusaha punya 'kekuasaan' yang besar pula untuk mengendalikan produsen bahkan pasar. Kenaikan-kenaikan harga yang terjadi selama tahun 2007 mungkin saja merupakan ulah para pengusaha ini. Tidak bermaksud menuduh, tetapi pada kenyataanya yang terpukul atas kenaikan harga biasanya pedagang-pedagang tradisional sedangkan pengusaha retail sebagian besar tenang-tenang saja (bahkan ada yang ngasih harga lebih murah).

Ada banyak perdebatan mengenai pasar tradisional ama pasar modern (which mean hypermarket). Sebagian orang lebih memilih hypermarket yang lainnya masih memilih pasar tradisional. Pendapat Kak Ratna Sarumpaet di Silat Lidah 220208 patut direnungkan ama kita, dan secara pribadi gw sepakat sekali. Beliau berpendapat sebagai masyarakat yang cerdas harusnya tetap mempertimbangkan (kalau gak mau dibilang memaksa) pasar tradisional sebagai pilihan. Jangan hanya perpatokan pada kenyamanan pribadi saja, tetapi lihat juga efek tindakan kita tersebut. Dengan tetap berbelanja di pasar tradisional secara gak langsung kita membantu meningkatkan taraf hidup para pedagang kecil ini.

Negara yang baik adalah negara yang menciptakan peluang kerja yang luas bagi rakyatnya. Usaha kecil dan menengah harus mendapat prioritas pemerintah kalau ingin mengurangi angka kemiskinan. Masyarakat yang produktif akan berdampak positif pada pembangunan, bahkan dapat mengurangi angka kriminalitas. Seribu warung kecil akan lebih baik daripada sebuah hypermarket. Seribu warung kecil akan memberikan dampak yang besar pada masyarakat dibanding sebuah hypermarket.

Regards,
Eny Widiya

Puasa Sunnah

Teruntuk para mahasiswa dan terutama yang muslim, pasti pernah dong puasa sunnah? Maksud gw selain puasa di bulan Ramadhan... Alasan puasanya tentunya macem-macem kan, ada yang karena utang Ramadhan (ladies only), bayar nazar, pengen sesuatu dll.

Tapi ada lagi alasan yang melatarbelakangi beberapa kawan yang gw kenal, yaitu diet atau irit duit makan. Believe or not, they often did it based on those reason. Gw pribadi sebenernya puasa sunnah for bayar utang Ramadhan or nazar. Seingat gw, jarang gw puasa dengan alasan diet...secara...for my size puasa doang kaga menyelesaikan masalah huehehehehehe.

Buat mahasiswa terutama yang rantauan kaya gw, kudu pinter-pinter ngatur duit. Apalagi mahasiswa passing out alias (yang katanya) tingkat akhir biasanya kiriman udah gak selancar jaman TPB. Kalau jaman anak baru, mau minta apa aja dikasih (masih ada rasa bangga punya anak kuliah euy). Tapi makin lama ortu juga makin males (mungkin bete kaga2 lulus juga) ngasih. So, kemampuan manajerial duit adalah must have skill dah.

Back soal puasa...alasan menghemat duit ini nyata terjadi ama temen gw, katanya itung2 sekalian ibadah gitu. Yah yang namanya ibadah cuma Tuhan yang bisa menilai, kita cuma bisa ikhlas aja melaksanakannya. Namanya ibadah kan tujuannya mendekatkan diri ama Sang Pencipta, apapun bentuknya. Jadi buat para mahasiswa rajinlah puasa sunnah, banyak manfaatnya lho....

Regards,
Eny Widiya

Wednesday, February 13, 2008

Tidak Bermutunya "Kawin Kontrak"

Hei ngomong-ngomong soal film Indonesia dan sensor-menyensor, gw jadi inget film yang gw tonton minggu lalu. Waktu itu ceritanya gw kejebak hujan di Bogor tepatnya hujan hari jumat 1 feb yang turun all day long. So, I decide to watch a movie in theatre nearby. Tadinya pengen nonton film Otomatis Romantis-nya Tukul and Tora, ternyata tayangnya malam jam7 sedangkan gw disitu jam 12.30 siang. Diantara film yang tayang gw menjatuhkan pilihan pada Kawin Kontrak. Secara film ini salah satu yang gw hina-hina banget trailernya, so I decide to give it a decent chance.

After beli tiket dan duduk manis di dalam, gw mengedarkan pandangan ke sekitar. Wow...sebagian besar anak SMA malah ada 4 orang anak SMP yang duduk dibarisan gw. Dari trailernya di tipi harusnya udah ketauan genrenya ni film (atau belum?). Salah satu kelemahan bioskop di Bogor, petugasnya cenderung gak peduli ama pembatasan usia viewer. Di ruangan gw aja, kayanya cuma ada 6 orang (include me) yang kelihatan pantes nonton film ini.

OK, back to the topic.... Filmnya ternyata menceritakan tentang 3 (tiga) orang sahabat yang baru lulus SMA dan semuanya punya odd behaviour menurut gw (maniak seks, masokis dan over PD). Secara garis besar, film ini isinya tentang seks, seks dan seks...al about sex!! Seks dijual dalam bentuk film drama kacangan dan komedi murahan. Cerita tentang kawin kontrak di Puncak jadi gak punya meaning bgt di film ini. Entah skenario yang murahan atau pemain-pemainnya yang kacangan, pokoknya kisah kawin kontrak di Puncak jadi sekedar cerita biasa.

Film ini adalah film yang begitu dangkal dari segi cerita, kosong dari segi penyampaian dan datar dari segi alur cerita. Jadinya gw dengan sukses tertidur di tengah-tengah cerita ditayangkan. Ajaib...this is the first time I fall a sleep in a movie. Setengah film gw tidur dengan sukses, terbangun di akhir film dan merasa tidak kehilangan cerita sama sekali. Asli, ni film jelek bgt dah!! Kl di Hollywood kelasnya bukan B lagi, malah kalau bisa D kali.

Upaya menghidupkan kembali perfilman Indonesia kurang dilaksanakan secara serius oleh sebagian besar para pembuat film. Sebagian besar film Indonesia tidak punya makna atau pesan-pesan positif. Film yang seharusnya memberi pencerahan dan pembelajaran pada masyarakat, sebaliknya malah kebanyakan terjebak di eksploitasi seksual dan pembodohan pemikiran. Semoga kedepannya film Indonesia yang dibuat semakin bermakna dan memiliki keseimbangan dari segi hiburan dan pembelajaran.

Regards,
090208
Eny Widiya

Rame-rame soal LSF Indonesia

Beberapa hari yang lalu gw melihat berita di infotainment yang cukup menarik. Beritanya tentang beberapa unsur masyarakat film yang mengajukan uji konstitusi untuk UU perfilman thn 92. Tuntutannya dikhususkan pada pasal 8 yang memuat mengenai keberadaan Lembaga Sensor Film (kl gw gak salah ya). Sidang MK-nya sendiri dihadiri ama masyarakat perfilman Indonesia, yang terbagi jadi 2 kubu, menuntut pembubaran LSF dan menentang pembubaran LSF. It's kinda like drama.

Pihak yang mengajukan uji konsitusi ini antara lain digawangi ama Mira Lesmana, Ratna Sarumpaet, Dian Sastro, Riri Riza dll. Sedangkan di kubu yang berbeda ada Anwar Fuadi, Dedy Mizwar, Yenny Rahman dll. Secara garis besar bisa gw bilang pertarungan tua-muda dah (K'Ratna bisa dibilang muda gak yah? huehehehehe....). Yang terjadi malahan saling serang dan kata-kata keras terucap di dalam ruang sidang sampai di luar. Ambil contoh aja, yang paling sering dikutip n ditayangkan ama media adalah pendapat Dian Sastro dan Anwar Fuadi yang berapi-api, meledak-ledak, panas membara dan segala keriuhan lainnya.

Menurut gw, masing-masing pihak ada benarnya, baik dari golongan pro-kontra LSF. Cuma yang jadi masalah, kurang bijaknya masing-masing pihak memahami persoalan dan menghargai pendapat yang lain. Yang kontra LSF terlalu idealis menginginkan perubahan, yang pro LSF kurang bisa mendengar pendapat yang kontra (yang notabene masih pada muda). Sebenernya hal ini bisa diselesaikan diluar ruang sidang atau secara informal. Suasana yang formal di ruang sidang cenderung membuat orang untuk keukeuh mempertahankan pendapat dan ego masing-masing. Kalau melihat orasi Dian Sastro diluar (waktu diwawancarai wartawan), pihak yang pro LSF pasti makin meradang. Apalagi melihat wawancara Bang Anwar Fuadi yang lebih membara lagi, makin panaslah suasana.

Gw berpendapat tidak akan ada hasil baik yang didapat bila melalui proses yang "kasar", dalam arti saling menyakiti kedua belah pihak. Orang yang cerdas dan punya intelektual yang tinggi pasti dapat mencari jalan untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus mengeluarkan begitu banyak energi (apalagi energi negatif). Pendekatan yang dilakukan temen-temen dari MFI terlalu frontal dan menyakiti pihak lain, yang berakibat tidak tercapainya tujuan yang diinginkan. Yang namanya beraktualisasi dan berkreativitas itu idealnya memang tidak boleh dibatasi, akan tetapi akan lebih bijaksana jika ada koridor kepatutan yang menyertai. Koridor ini yang harus dipikirkan bersama oleh negara sebagai pembuat kebijakan, masyarakat film sebagai produsen film dan masyarakat Indonesia sebagai konsumen. Semoga perfilman Indonesia semakin maju dan semakin bermakna.

Regards,
080208
Eny Widiya

Wednesday, February 06, 2008

PKS Jadi Plural

Jakarta dan sekitarnya dilanda hujan terus menerus hari KAmis-Jumat minggu lalu. Bisa ditebak akibatnya adalah air menggenang dimana-mana dan menyebabkan kemacetan luar biasa menyaingi kemacetan karena jalur busway baru sebelumnya. Jalan-jalan protokol yang seharusnya bebas banjir, kaga luput juga dari 'genangan' air ini. Yang juga bikin parah adalah putusnya akses ke dan dari bandara Intl Soekarno-Hatta. Ditengah semua 'tenggelamnya' Jakarta dan sekitarnya, ada satu berita yang make me turn my head. Ada cerita dari MUKERNAS PKS di Sanur, Bali.

Di awal bulan Februari 2008 ini, salah satu partai Islam, PKS menyelenggarakan MUKERNAS mengikuti langkah beberapa partai besar lain yang meng-konsolidasi diri menjelang 2009. Sanur, yang akhir-akhir ini populer sebagai tempat pertemuan, menjadi saksi dideklarasikannya kebijakan-kebijakan baru partai. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK) menggunakan Islam sebagai azas perjuangan dan dasar-dasar partai. Dan dari info teman, metode rekrutmen dan perkaderannya pun sangat Islami. Untuk menjadi anggota partai ini, ada beberapa proses dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum dapat menyebut dirinya anggota PKS. Correct me if I'm wrong.

Tadi malam gw melihat breaking news di MetroTV, yang memberitakan tentang sebagian hasil MUKERNAS PKS di Sanur. Yang mengejutkan adalah, PKS memutuskan untuk menjadi partai yang terbuka dan pluralis. Hal ini diterjemahkan dalam kebijakan rekrutmen, perkaderan dan kebijakan politik PKS yang tidak lagi dibatasi oleh satu golongan atau agama. Statement yang keluar dari Mahfuz Siddiq (anggota DPR-RI fraksi PKS) adalah PKS terbuka bagi semua agama, golongan, suku dll. That's really a statement guys...!! Disatu sisi ini adalah hal yang baik, karena selama ini PKS ditingkat daerah memang sudah sering berkoalisi dengan partai yang memiliki latar belakang ideologi beragam. Disisi lain apakah kebijakan ini akan berpengaruh positif atau negatif pada loyalitas anggota.

Gw bukan orang PKS dan frankly gw gak pernah dukung PKS, tapi gw punya banyak kawan orang PKS or simpatisan PKS. One thing I know, temen-temen gw bener" ngebanggain metode rekrutmen dan perkaderan PKS yang mereka nilai 'Islam' bgt. Kelebihan PKS yang menonjol adalah mereka mampu dan punya basis massa yang loyal dan aktif. Dengan kebijakan PKS yang sekarang, entah basis massa dibawah akan dapat menerima dan beradaptasi, we'll see.... Kalau menurut gw pluralitas yang dimaksud tak lain hanya untuk melanggengkan kekuasaan dan memuluskan jalan partai pada Pemilu 2009 mendatang. But, who knows? Maybe I was wrong....

Politik memang penuh lika-liku, intrik dan strategi. Semua bisa jadi sah untuk mencapai suatu tujuan. Tapi menurut gw politik yang baik adalah melakukan cara" untuk mencapai tujuan, tanpa perlu mengorbankan ideologi dan prinsip pribadi. Pencapaian tujuan dengan menghalalkan segala cara sama saja dengan tidak memahami arti politik sebenarnya. Belajarlah dari pandangan dan perilaku Rasulullah SAW dalam berpolitik, insya4JJI banyak hal yang bisa disarikan.

Regards,
030208
Eny Widiya