Pages

Saturday, December 01, 2007

My Parting Thought: A Ship

Sebuah kapal adalah tempat yang dibangun oleh banyak orang dan dijalankan oleh banyak orang pula. Proses pembuatan kapal tidaklah sederhana, perencanaan yang matang mutlak diperlukan begitu pula dengan pembangunannya. Mengapa hal tersebut penting? Tidak lain karena kapal ini nantinya akan membawa dan menanggung hidup orang banyak. Kapal dibangun dengan tujuan melayani dan membantu manusia. Perencanaan yang tidak matang akan menimbulkan efek jangka panjang yang mungkin saja dapat berbahaya.

Proses pembuatan sebuah kapal tidak serta merta selesai dalam waktu yang singkat. Selalu ada aral yang melintang seiring perjalanan waktu. Akan tetapi aral tersebut menjadi pelajaran demi penyempurnaan kapal tersebut. Proses panjang yang dilalui diharapkan semakin memperkuat bentuk fisik dan ketahanan kapal.

Setelah proses pembuatan tersebut selesai, maka kapal tersebut pun siap berlayar di laut lepas. SEbuah kapal pasti memiliki sebuah sistem agar dapat berfungsi dengan baik. Sistem tersebut terdiri dari gabungan antara mesin dan SDM, keduanya tidak dapat berjalan masing-masing. Selayaknya semua sistem SDM di dunia, di kapal pun harus memiliki manajemen yang baik. Sebuah kapal harus dipimpin oleh seorang nakhoda atau kapten, yang bertanggung jawab atas jalannya kapal dan keselamatan orang-orang didalamnya. Dalam tugasnya ini seorang kapten akan dibantu oleh beberapa orang, yang akan bertanggung jawab sesuai bidang kerjanya masing-masing. Tidaklah mungkin seorang kapten menyelesaikan semua persoalan secara serentak. Akan tetapi, kapten juga tetap bertanggung jawab atas terlaksannya tugas-tugas yang diperlukan dan telah diberikan.

SEorang kapten harus memahami karakteristik isi kapal yang dipimpinnya. Sebaliknya, awak kapal dan penumpangnya pun harus memahami peran kapten dan mempercayai kapten untuk mengarahkan kapal ke tujuan yang ingin dicapai bersama. KOmunikasi yang baik harus terjalin antara kapten dan awak kapal, sehingga ada pemahaman bersama mengenai tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara yang diperlukan untuk mencapainya.

Perjalanan sebuah kapal untuk mencapai tujuan tidaklah selalu mulus. Banyak hambatan-hambatan yang menyertainya, baik dari dalam kapal itu sendiri maupun dari luar. Pertentangan antar awak, keluhan penumpang, arus laut yang fluktuatif, angin kencang adalah beberapa contoh hal-hal yang dapat memperlambat atau bahkan menghambat laju kapal. Disinilah
peran kapten amat vital. Sebagai seorang pemimpin sudah merupakan tanggung jawab kapten untuk menyelesaikan hal-hal tersebut agar tidak menghambat laju kapal ke tujuan.

Kemampuan kapten kapal untuk memimpin dan kepercayaan awak serta penumpang pada pemimpin (kapten) mutlak diperlukan. Jika kedua hal tersebut terpenuhi, maka perjalanan akan menjadi lebih nyaman dan tujuan akan cepat tercapai. Akan tetapi sebalinya, jika salah satu atau kedua hal tersebut tidak terpenuhi dapat dipastikan kinerja kapal akan menurun dan pencapaian tujuan akan terhambat. Tidak pula menutup kemungkinan dapat terjadi karamnya kapal.

Dewasa ini, kita cenderung melihat pada hasil akhir saja dan mengabaikan proses untuk mencapai hasil tersebut. Contoh saja pernyataan Ketua Umum DPP Golkar a.k.a Wapres RI yang memandang hasil akhir (yg sudah dpt diperkirakan) lebih baik daripada harus melaksanakan proses konvensi kembali. Padahal proses konvensi adalah salah satu proses pembelajaran demokrasi yang tetap perlu dilaksanakan.

Kembali pada kapal kita tercinta. Jika hanya mengacu pada hasil akhir saja, tetapi proses yang terjadi tidak baik maka banyak pihak yang akan dirugikan. Sebuah kapal dapat bersandar ke pelabuhan setelah perjalanan panjang dan penuh dengan masalah. Akan tetapi karena kekacauan selama perjalanan, para penumpang turun dengan perasaan tidak nyaman bahkan trauma menggunakan kapal lagi. Begitu pula dengan awak, kekecewaan selama bekerja mungkin saja membunuh keinginan untuk kembali mengabdi di kapal tersebut. Kapal yang susah payah direncanakan dan dibangun selama berbulan-bulan tidak dapat mewujudkan visi pembuatnya (maker), karena manajemen kapal yang kurang baik. Pilihannya adalah membuang kapal tersebut atau memperbaiki manajemen yang ada sehingga dapat mewujudkan cita-cita para pembuatnya, yaitu melayani dan membantu para penumpang sehingga sampai di tujuan dengan selamat.

Regards,
Eny Widiya

1 comments:

Unknown said...

Nice Posting , saluttt