Pages

Sunday, January 13, 2008

HMI Dulu dan Sekarang

Pernahkah terlintas dalam pikiran pemuda Medan ini bahwa organisasi yang diprakarsainya akan menjadi salah satu unsur terpenting dalam sejarah Indonesia? Tidak sekalipun seorang Lafran Pane menduga bahwa Himpunan Mahasiswa Islam yang dilahirkan di Yogyakarta itu akan menghasilkan negarawan, ilmuwan, agamawan dan berbagai tokoh lain yang unggul di masing-masing bidangnya. Mungkin tidak terpikir oleh beliau bahwa HMI akan berdiri dari Sabang sampai Merauke, bahkan hingga negara tetangga. Tujuan utama beliau adalah mengembalikan nilai-nilai Islam kedalam sendi-sendi kehidupan bangsa terutama di kalangan mahasiswa. Hal inilah yang membedakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan organisasi pemuda lainnya.

Salah seorang kader terbaik HMI yaitu Cak Nur pada waktu itu mencoba menstrukturisasi pemikirannya tentang dasar perjuangan HMI, yang coba disarikan dari pemikiran Lafran Pane dan diskusi-diskusi yang dilakukannya. Hasil pemikirannya tersebut kemudian dikenal senagai Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI. NDP membantu para kader baru untuk memahami posisinya sebagai individu di mata Tuhan dan juga dalam himpunan dan masyarakat. Selain itu juga mengajarkan untuk memahami hakikat keberadaan Tuhan dan fungsi manusia di dunia.

Jika dijabarkan dari namanya, Himpunan Mahasiswa Islam merupakan kumpulan mahasiswa (kaum terpelajar) yang seluruh kegiatannya dilakukan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Tujuan yang mulia pun dicetuskan bersama, yaitu:
"Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan akmur yang diridhoi oleh Allah SWT"
Proses pencapaian tujuan itu tidak serta merta dan dalam waktu yang singkat. Harapannya adalah Himpunan menyelenggarakan proses perkaderan yang diharapkan menghasilkan kader insan cita di masa datang.

Di usianya yang sudah lebih dari setengah abad, HMI pun mengalami perubahan seiring perubahan bangsa dan dunia. Perbedaan waktu yang cukup jauh dengan generasi awal menyebabkan terjadinya pergeseran pemaknaan perjuangan organisasi. Berbicara realitas, himpunan saat ini mulai bergeser jauh dari cita-cita mulia para pendirinya. Proses perkaderan HMI yang dahulu benar-benar menggembleng para anggota kini mulai bias dan kehilangan makna. Proses perkaderan tidak lagi sanggup menghasilkan kader-kader unggulan yang siap berkompetisi dan mengabdi di dunia nyata. Proses reformasi besar-besaran yang terjadi di tahun 1998 mengenalkan kalangan aktivis mahasiswa pada dunia politik praktis. Secara langsung maupun tidak langsung, reformasi mempengaruhi arah dan pola perjuangan mahasiswa sampai sekarang.

HMI saat ini sebagian besar (jika tidak ingin disebut semuanya) sudah tercemari oleh praktek-praktek politik praktis. Politik sendiri sebenarnya bukan merupakan hal yang tabu untuk didiskusikan dan diaplikasikan dalam kehidupan berorganisasi. Politik bukan hal yang terlarang di HMI. Persoalan yang timbul adalah beberapa oknum memanfaatkan posisi atau kedudukannya dalam himpunan untuk kepentingan suatu golongan (diluar masalah perkaderan) ataupun kepentingan pribadi. Bahkan proses perkaderan dan aturan-aturan main organisasi mulai menjadi simbol-simbol formalitas yang semakin dikesampingkan tiap waktu. Tidak heran Cak Nur sebelum berpulang menyarankan HMI dibubarkan saja.

Kekuatan utama HMI adalah pemahaman tentang dasar perjuangan (Islam) dan proses-proses perkaderan. Tujuan untuk terbinanya kader dengan kualitas insan cita dapat diwujudkan melalui proses perkaderan. Proses perkaderan tidak terbatas pada forum perkaderan formal seperti Basic-Intermediate-Advance Training (LK I-II-III) saja, tetapi juga perkaderan non formal seperti diskusi atau eksplorasi intelektual lainnya. Seorang anggota HMI bisa dengan bangga menyebut dirinya sebagai kader HMI jika telah melalui proses-proses tersebut. Kader HMI tidaklah ditentukan oleh hanya selembar kertas sertifikat kelulusan perkaderan formal. Seseorang boleh dengan bangga menyebut dirinya sebagai kader HMI setelah melalui banyak proses, hal itulah yang menjadi pembeda dengan mahasiswa lain.

Ada kutipan yang bilang:
"No Pain No Gain"
Nah itu juga yang berlaku di himpunan. Kalau tidak ada usaha untuk mengembangkan diri, mengoptimalkan kemampuan dan mengambil kesempatan maka tidak ada apapun yang kita peroleh. Kita tidak bisa mengharapkan himpunan memberikan kekuasaan, kejayaan, kehebatan, jalan dan hal lain yang kita inginkan. Yang bisa dilakukan adalah memberikan komitmen dan ikhlas dalam menempa diri di himpunan, manfaat yang besar akan mengikuti dengan sendirinya. Selagi ada waktu, cobalah untuk terus menantang diri kita untuk berkomitmen pada himpunan lengkap dengan segala kekurangannya. Yakin Usaha Sampai!!!

Regards,
12012008
Eny Widiya

0 comments: