Innalillahi wa inna illahi rajiun....telah berpulang ke pangkuan Allah SWT Bpk H.M. Soeharto, pada hari Minggu 27 Januari 2008. Semoga amal ibadahnya selama ini diterima oleh Allah SWT. Secara pribadi gw juga memaafkan kesalahan almarhum ama gw selama idupnya, nyadar atau gak nyadar. Agak sotoy (sok tau red.) juga siy tapi gapapa...lha wong keluarganya pada minta dimaapkan jadi gw maapin deh v^_^v
Akhirnya drama selama hampir sebulan ini lagi happening bgt di Indonesia kelar juga, walaupun dengan ending yang mungkin tidak diharapkan oleh sebagian orang (which mean the other one expected it). After struggle for 24 days in hospital, dengan kondisi kesehatan yang fluktuatif, Pak Harto mengehembuskan nafas terakhirnya pada pukul 13.10 waktu Indonesia bagian RSPP. Yah...maybe it's the best thing for him, kacian euy kayanya sakit bgt selama ini. Untuk ukuran orang Indonesia (yang katanya rata-rata umur harapan hidupnya 65 thn) sebenernya usia Pak Harto yang 86 tahun udah keitung tua, uzur, anything you wanna call. Jadi agak wajar kl pada umur segitu kondisi fisik dan kemampuan beberapa organ mulai turun.
Pemberitaan media yang begitu overdosis selama dirawatnya Pak Harto di RSPP tentunya semakin ramai ketika kabar resmi meninggalnya 'orang kuat' Indonesia ini keluar. Wuihhh....jalan Cendana menggantikan RSPP sebagai the most wanted place this month, menyusul kemudian Astana Giribangun (komplek pemakaman 'raja' Indonesia dan keluarga). Perhatian media ditambah perhatian Pemerintah yang begitu besar seakan masih kurang. Presiden mengumumkan tgl 27 Januari ampe 3 Februari sebagai Minggu Berkabung Nasional dan mewajibkan pemasangan bendera setengah tiang, pengumuman itu disampaikan lewat Pak Mensesneg (atw tukang baca pengumuman, bagi" tugas ama JuBir). Gak mau kalah ama Presiden, malahan ada beberapa oknum pejabat yang mewajibkan institusinya memberikan penghormatan kepada iringan jenazah Pak Harto.
Efek pemberitaan media selama ini yang begitu besar, mau gak mau 'menyetir' pandangan masyarakat tentang alm. Pak Harto. Mulai dari proses persemayaman sampai pemakaman, ribuan orang tumpah ruah untuk ikut 'berada' di tempat. Beragam alasan yang dikemukakan, mulai dari yang tulus ikhlas mw mendoakan almarhum ampe yang pengen lihat artis" ata pejabat" yang muncul di Cendana or Astana. Hey...everyone has their right to express their sorrow, tapi sebagian besar (yang terlihat di tipi) kayanya lebih hepi melihat-lihat atau ngambilin karangan bunga duka cita buat dibawa pulang. Yang lebih lucu lagi...ada ibu-ibu yang diwawancarai stasiun tipi dan ditanya alasannya ngambil bunga, jawabannya buat kenang-kenangan supaya orang tau kl dy dtg ke pemakaman Pak Harto.
Like we all know, every media (papers or electronics) membahas alm Pak Harto dari segala sisi. Dari sebelum lahir, masa kecil, masa perjuangan, menjabat sampai lengsernya dibahas tuntas. Hari Minggu malam itu gw sempet melihat dikit Dialog di RCTI dengan tema 'Indonesia setelah Soeharto', narasumbernya ada 2: Bg Effendi Ghazali (my favourite guy) ama satu lagi gw lupa (dari Surabaya). Gw sepakat sekali ama pemikiran Bang Pendi soal pemberitaan media yang kurang proporsional soal Pak Harto selama ini, termasuk saat meninggalnya beliau. Gw bukan pembenci Soeharto or pemuja Pak Harto, but frankly...pemberitaan yang selama ini gw nilai berat sebelah bikin gw agak ilfeel. Yang kaga ada hubungan langsung kaya gw aja bete, apalagi keluarga korban" kebijakan Soeharto pas menjabat.
Yah...penderitaan fisik sudah berhenti, kewajiban sebagai insan Allah SWT di dunia sudah selesai dilaksanakan. Pertanggungjawaban pada Yang Khalik masih menanti bagi alm Bapak Pembangunan ini. Pertanggungjawaban Beliau terhadap seluruh rakyat Indonesia masih terus dinantikan penyelesaiannya. Everyone has a bright side of himself, but the dark side is always there within. Boleh saja (dan harus) kita mengakui dan menghargai Beliau sebagai orang yang berjasa membangun bangsa ini, tapi tidak boleh menutup mata atas kesalahan-kesalahannya yang dilakukan pada bangsa Indonesia. May he rest in peace.
Regards,
280108
Eny Widiya
Wednesday, January 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment