Pages

Sunday, January 13, 2008

Today's Dialogue

Duh...dengar berita yang beredar saat ini rada bikin down. Harga barang-barang kebutuhan hidup naik, minyak tanah langka, premium mw dibatasi belum lagi bencana (gak adil kl disebut bencana alam) yang terjadi hampir merata. Sepertinya tantangan hidup yang dihadapi kian berat seiring berjalannya waktu. Contohnya kemarin ada berita tentang UKM kecil produsen tempe di Jawa Tengah sebagian besar berhenti produksi, harga bahan baku kedelai naik gila-gilaan sampai 3x lipat harga normal. Belum lagi industri-industri kecil yang masih mengandalkan minyak tanah sebagai energi pokok kesulitan mendapatkan pasokan minyak tanah yang lancar.

Program konversi ke gas yang dicanangkan pemerintah sebagai salah satu solusi penghematan anggaran belanja negara, masih terbatas pada sebagian kecil wilayah Indonesia. Tetapi pada kenyataannya kelangkaan minyak tanah terjadi hampir di setiap provinsi di Indonesia. Kl menyinggung masalah kebijakan yang ditetapkan pemerintah ttg konversi energi, tanggapan yang berkembang masih jauh dari positif. Gw pribadi merasa kebijakan yang dibuat pemerintah akhir-akhir ini cenderung instan dan memaksa. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi, baik dari usulan, proses pembuatan hingga implementasi di masyarakat. Selayaknya semua hal yang dibuat secara terburu-buru, di kemudian harinya tentu akan timbul banyak masalah. Masalah yang seharusnya dapat dianalisa dan diminimalisasi sejak awal.

Bicara soal pemerintah, data (dari Kompas) menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah kian lama kian rendah. Sebagian rakyat merasa apatis tentang kemampuan pemerintah menyelesaikan persoalan bangsa yang (sudah seharusnya) kompleks. Pemerintahan sekarang terlalu banyak terjebak dalam arus politik, sehingga terkadang kepentingan rakyat kemudian di-nomorsekiankan. Komposisi pemerintahan saat ini jelas-jelas dibangun berdasarkan kontrak-kontrak politik. Jadi tidak heran kalau ada departemen yang kurang optimal dalam menjalankan fungsinya, lha wong yang jadi menterinya mungkin saja tidak paham betul atau minimal punya track record di bidang tersebut.

Demokrasi Indonesia yang berusaha dipulihkan pasca Orba sampai saat ini semakin liar pemahamannya. Kebebasan berpendapat tidak diiringi dengan kebesaran hati untuk mendengar atau menerima pendapat orang lain. Kenyataan yang terjadi saat ini gesekan-gesekan antar pihak, misalnya parpol dalam pilkada semakin sering terjadi. Pesta demokrasi yaitu pemilihan pemimpin secara langsung tidak dirayakan bersama, yang terjadi adalah 'kekalahan' yang dialami beberapa pihak menjadi alasan untuk menggugat demokrasi itu sendiri. Pertanyaan besarnya adalah apakah tujuan proses demokrasi hanya bermuara pada kekuasaan semata?

Regards,
13012008
Eny Widiya

0 comments: